Kenapa Gempa M 5,6 di Cianjur Benar-benar Menghancurkan? Ini Keterangan BMKG
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Tubuh Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono menjelaskan, gempa bumi yang mengguncangkan Cianjur, Jawa Barat, pada Senin siang sebetulnya tidak besar.
Tetapi, gempa bermagnitudo 5,6 itu memunculkan kerusakan berarti karena sejenis tektonik kerak dangkal atau shallow crustal earthquake.
“Karakter shallow crustal earthquake benar-benar dangkal . Maka memang dayanya itu dari pusat yang dikeluarkan, yang diradiasikan ke atas tanah itu tetap kuat,” kata Daryono dalam siaran Kompas TV, Selasa.
Disamping itu, kata Daryono, susunan bangunan di daerah terimbas tidak penuhi standard tahan gempa. Banyak rumah yang dibuat tanpa menghiraukan susunan aman gempa karena memakai besi tulangan atau semen standard.
Lokasi pemukiman warga yang ada di wilayah tanah lunak mengakibatkan resonansi gelombang gempa yang pada akhirnya mengamplifikasi atau membesarkan imbas getaran gempa.
Belum juga, di wilayah bukit-bukit atau lereng, beberapa rumah warga alami kerusakan kronis karena topography daerah itu tidak konstan.
“Gempa itu sebetulnya tidak membunuh dan mencederai, tetapi bangunan yang tidak standard aman gempa yang selanjutnya ambruk yang menerpa penghuninya itu jadi pemicu jatuhnya korban jiwa dan cedera,” tutur Daryono.
Selanjutnya, Daryono menerangkan, gempa Cianjur dipacu oleh gerakan sesar Cimandiri. Dalam sejarahnya, beberapa daerah disekitaran sesar Cimandiri sering digoncang gempa, terhitung yang memiliki kekuatan besar.
Beberapa gempa yang efeknya benar-benar menghancurkan misalkan terjadi di tahun 1844, 1879, 1910, dan 1912. Selanjutnya, semenjak pemakaian seismograf, terdaftar di tahun 1969 terjadi gempa bermagnitudo 5,4 di teritori itu yang memunculkan beberapa korban dan kerusakan.
Lantas, pada 1982 terjadi gempa bermagnitudo 5,5 dengan 7 korban cedera dan beberapa rumah hancur. Selanjutnya, pada Juli tahun 2000 terjadi gempa bermagnitudo 5,4 dan 5,1 yang menyebabkan lebih dari 1.900 rumah hancur.
Sesudahnya, sempat terjadi seringkali gempa besar sampai yang terkini pada 21 November 2022 yang efeknya juga menghancurkan. “Rerata gempa yang terjadi di zone ini tidak ada yang melewati 6,0, semua bermagnitudo 5 koma,” jelas Daryono.
Sudah diketahui, gempa bermagnitudo 5,6 mengguncangkan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada Senin jam 13.21 WIB.
Gempa itu dirasa di beberapa propinsi di Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta. Berdasarkan catatan BMKG, sampai Selasa jam 07.30 WIB, terjadi 122 gempa susulan dengan magnitudo paling besar 4,2 dan paling kecil 1,5 rasio richter.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjelaskan, sampai Senin malam, Tubuh Pengendalian Musibah Wilayah (BPBD) menulis ada 162 korban wafat karena gempa. Sebagian besar sebagai anak-anak. Disamping itu, 2.345 unit rumah disampaikan hancur dengan rasio kerusakan 60-100.