Memburu Saham Emiten Bank Menjelang Penguruman RDG BI sampai The Fed

Memburu Saham Emiten Bank Menjelang Penguruman RDG BI sampai The Fed

Pasar tengah menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) dan Federasi Open Pasar Committee (FOMC) Rapat yang diadakan minggu ini.

Riset memandang, baik BI atau bank sentra Amerika Serikat (AS) atau the Federasi Reserve (the Fed) peluang akan meningkatkan suku bunga referensi untuk kontrol inflasi. Walau demikian, kekuatan peningkatan suku bunga selanjutnya sudah diperhitungkan oleh pasar.

“BI rate masih prospektif ada peningkatan kembali. Dan relatif masih stabil dan konstan. Pasar jelas sudah memperhitungkan. Rumor ini telah didiskusikan semenjak tengah tahun kemarin dan sampai sekarang baik pemerintahan dan BI cukup stabil dalam peraturan komunikasi nya,” kata Wahyu.

Untuk dampaknya pada pasar modal dalam negeri, Wahyu memandang index harga saham kombinasi (IHSG) masih juga dalam trend naik. Ia menjelaskan, bakal ada semakin banyak modal masuk karena pasar Indonesia dipandang masih menarik. Sementara bila peningkatan stabil dilaksanakan oleh The fed pada tingkat 75 bps, karena itu wall street disebutkan masih susah bangun.

“Tetapi bila The Fed naikkan 75 bps dan wawasan mulai pivot tahun akhir jadi cuma 50 bps, karena itu Wallstreet akan siap rebound dan USD mulai hebat out dan revisi,” tambah Wahyu.

Trend peningkatan suku bunga ini dipandang jadi karunia untuk emiten perbankan karena sama-sama berkaitan. Dia memandang, peningkatan suku bunga mempunyai potensi memberi keuntungan semakin besar pada emiten bank.

Jadi Karunia

“Margin keuntungan bidang perbankan dapat diproyeksi naik bersamaan dengan pengetatan peraturan moneter BI, terima imbas positif dengan peningkatan keuntungan dari peningkatan bunga credit,” terang ia.

“BCA BNI BRI Berdikari masih big four, lah. Recommended,” lebih Wahyu.

Seirama, Head of Research Jasa Khusus Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya menjelaskan menjelaskan bank mempunyai potensi diuntungkan dari peningkatan suku bunga. Sekarang ini beberapa saham big banks telah ada di tempat resistennya, hingga riskan revisi.

Tetapi untuk periode menengah panjang mempunyai potensi meneruskan pengokohan. Ia menjelaskan, saat revisi terjadi beberapa saham big banks memikat buat dikoleksi.

“Seperti BBRI dan BMRI karena secara valuasi relatif murah, keuntungan mempunyai potensi lanjut naik karena diuntungkan dari peningkatan suku bunga yang mengangkat net interest margin. BBRI Buy TP 4.900, BMRI buy TP 9.750,” papar Cheryl.

Memburu Saham Property di tengah Peningkatan Harga Komoditas dan Suku Bunga

Awalnya, emiten property disebutkan masih memikat buat diamati, walau sekarang ini terjadi peningkatan suku bunga dan harga komoditas.

Riset Trimegah Sekuritas Kharel Devin Fielim menyimak, pemasaran sales atau prapenjualan emiten property masih lumayan kuat sampai paruh pertama tahun ini.

Sebagai perbedaan, Kharel menyebutkan performa pra pemasaran empat emiten property, diantaranya PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) masih juga dalam trend tumbuh, walau belum capai angka prapenjualan paling tinggi di tahun awalnya.

“Pra pemasaran BSDE, CTRA, SMRA, dan PWON dari Januari sampai Juni 2022 masih memperlihatkan perkembangan. Walau sebenarnya tahun tempo hari itu perolehan sangat tinggi. Investor menduga beberapa developer property ini dapat capai pra pemasaran yang kompak seperti pada tahun tempo hari atau bahkan juga tumbuh,” katanya dalam seminar-online Indonesia Investment Education,

Dalam pemaparannya, BSDE mencatat pemasaran sales sejumlah Rp 4,8 triliun pada semester I 2022, naik dari Rp 4,5 triliun pada semester I 2022. Sementara aktualisasi pemasaran sales sejauh tahun kemarin capai Rp 7,7 triliun.

CTRA mencatat pra pemasaran Rp 4 triliun, naik dari Rp 3,6 triliun pada semester I 2021. Keseluruhan pra pemasaran CTRA sejauh 2021 yaitu Rp 7,7 triliun. Selanjutnya SMRA menulis pra pemasaran Rp 3,2 triliun, sama dengan aktualisasi semester I 2021. Sementara aktualisasi pemasaran sales SMRA pada 2021 sejumlah Rp 5,4 triliun.

Dan PWON menulis aktualisasi prapenjualan sejumlah Rp 0,8 triliun, sama dengan pencapaian pada semester I 2021. Sementara untuk keseluruhnya tahun kemarin, PWON mencatat pra pemasaran Rp 1,4 triliun.

Prapenjualan Akan Tumbuh pada Semester II 2022

Walau demikian, Kharel menjelaskan prapenjualan property akan tumbuh berarti pada paruh ke-2 tahun ini. Kepercayaan itu mengarah pada trend peningkatan harga komoditas dan peningkatan suku bunga bank sentra.

Peningkatan harga komoditas membuat beberapa beberapa orang melakukan investasi pada saham komoditas seperti batu bara. Kharel menyimak, cukup banyak investor yang cuan dari investasinya pada saham komoditas, dan membagikan untung untuk beli asset property.

“Gerakan CPO dan coal ini naikkan penghasilan warga . Maka dapat disebut jika di property ada orang yang naik kelas atau OKB. Itu yang nge drive bidang property. Beberapa orang yang bisa cuan dari saham untuk membeli property. Itu yang nge-drive presales properti developer,” katanya.

Sementara dari sentimen peningkatan suku bunga, sampai saat ini lebih banyak beberapa bank yang belum sesuaikan suku bunga KPR ikuti suku bunga referensi Bank Indonesia (BI) yang barusan naik. Bahan beberapa masih tetap ada yang beri promosi KPR.

Tetapi,tidak berarti bank tidak meningkatkan suku bunga. Hingga sebelumnya terjadi, pengembang property mengeluarkan produk unggulan dan warga bersama-sama membeli.

“Memanglah tidak banyak yang rilis di semester I, tetapi di semester II developer ini akan mengeluarkan project unggulannya . Maka jika kita saksikan kelak outlook pra pemasaran di 2022 masih kompak dan dapat tumbuh untuk pada tahun ini,” tutur ia.

Beberapa proyek unggulan itu diantaranya, Crown Gading oleh SMRA, Gama Medan oleh CTRA, Zora Kanade oleh BSDE, dan Gladstone oleh PWON. Di lain sisi, penghasilan emiten property dari recurring revenue (penghasilan berulang-ulang) persewaan mal dan hotel mulai sembuh.

Saham Opsi

Karena itu, Kharel masih memasangkan penilaian overweight untuk bidang ini untuk periode pendek atau panjang. Ia memandang, walau kemungkinan stimulan potongan harga tidak diperpanjang, tapi keinginan mulai naik. Khususnya sepanjang harga komoditas masih bersambung naik dan beberapa orang yang untung dari investasinya di bidang itu.

“Jika hebat picks kita di bidang property itu berada di SMRA karena tahun ini pra penjualannya oke, dan ada rekondisi dari recurring revenue karena ia telah gak memberi potongan harga kembali. Selanjutnya banyak project unggulan yang kelak akan keluar. Umumnya SMRA jika rilis itu selalu ramai dna sukses. Kita expect dapat generate Rp 800 miliar sampai 1 triliun ke pra pemasaran Summarecon Gading,”

Untuk periode pendek tahun ini, Kharel menjagokan SMRA dan CTRA. Tetapi, untuk periode panjang PWON, karena saat suku bunga naik ada harapan pra pemasaran turu. Dan penghasilan berulang-ulang PWON telah naik atau sembuh, bahkan juga PWON mempunyai potensi naikkan harga sewa.

 

About admin

Check Also

UU Cipta Kerja Wajibkan Pebisnis Jagalah Karyawan Disabilitas

UU Cipta Kerja Wajibkan Pebisnis Jagalah Karyawan Disabilitas

UU Cipta Kerja Wajibkan Pebisnis Jagalah Karyawan Disabilitas Ketentuan Alternatif Undang-Undang Cipta Kerja (Perppu Ciptaker) …